Label


Breaking News

Malam Satu Suro, Tradisi Kirab Pusaka Keraton Surakarta

Opini

Penulis Reporter Fakta86.com Awiek R 

Surakarta (F86) - Keraton Surakarta menggelar kirab pusaka sebagai bagian dari tradisi Malam Satu Suro, tahun baru Jawa yang bertepatan dengan satu Muharam dalam kalender Islam. Kirab pusaka ini diiringi dengan tradisi lampah ratri tapa mbisu, di mana peserta tidak boleh berbicara selama kirab berlangsung. Kamis (26/6/2025).

Kebo bule Kyai Slamet, seekor kerbau albino, menjadi bagian penting dalam kirab pusaka ini. Kebo bule ini dianggap sebagai simbol keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Sebelum kirab, kebo bule ini dimandikan dan diberi makan ubi jalar sebagai bentuk perawatan dan penghormatan.

Persiapan kirab pusaka dimulai pukul 22.30, termasuk pembagian sangsang (kalung bunga melati) dan pemasangan gajah uling (hiasan telinga) bagi pembawa pusaka. Pusaka-pusaka yang disimpan di dalam gedung pusaka dikeluarkan satu persatu dan dibawa dalam kirab pusaka.

Kirab pusaka dimulai setelah doa dan shalat hajad di halaman keraton Surakarta. Pembawa pusaka diikuti oleh abdi dalem yang membawa tumbak dan oncor/obor. Kirab pusaka ini diiringi dengan cucuk lampah Kebo Bule Kyai Slamet.

Kirab pusaka ini tidak hanya diikuti oleh abdi dalem dan sentono dalem keraton Surakarta, tetapi juga oleh masyarakat kota Solo, termasuk mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Hal ini menunjukkan pentingnya gotong royong dan kebersamaan dalam menjaga tradisi.

Malam Satu Suro merupakan kesempatan untuk introspeksi diri dan memperbaiki diri untuk tahun yang akan datang. Kirab pusaka diartikan sebagai permohonan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Tradisi ini merupakan upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya Keraton Surakarta.

Dengan demikian, kirab pusaka Keraton Surakarta menjadi salah satu contoh kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan dan dijaga bersama.(Awiek R).

Type and hit Enter to search

Close