Label


Breaking News

Jogja International Kite Festival 2025 Gaungkan Layangan Nusantara ke Dunia

 

Foto para peserta layang-layang dan para pengunjung memadati Pantai Parangkusumo Bantul 

Editor : Redaksi fakta86 

Bantul (F86) – Ribuan mata tertuju ke langit Pantai Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta, yang dipenuhi warna-warni layang-layang dari berbagai penjuru dunia. Jogja International Kite Festival (JIKF) 2025, yang berlangsung selama dua hari dan ditutup pada Minggu (27/7/2025), sukses menghadirkan perhelatan spektakuler yang tak hanya menyemarakkan langit Bantul, tetapi juga menggaungkan nama DIY di panggung internasional.

Event ini diikuti oleh pelayang dari tujuh negara, yakni Amerika Serikat, Malaysia, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Slovenia, Slovakia, serta Indonesia sebagai tuan rumah. Tak hanya ajang adu kreativitas dalam seni layangan, JIKF juga menjadi media promosi wisata dan budaya Kabupaten Bantul.

“Event spektakuler ini diharapkan ke depan menjadi unggulan di Kabupaten Bantul, sehingga bisa membawa nama Bantul khususnya DIY ke skala nasional bahkan internasional,” ujar salah satu dewan juri Hari Grayak.


JIKF 2025 diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sekaligus memberi edukasi dan motivasi kepada masyarakat untuk mengembangkan bakat dan kreativitas dalam dunia layangan, seni, dan budaya.

Festival dibuka dengan kompetisi Rokkaku Challenge, lomba adu layangan tradisional Jepang berbentuk segi enam yang mudah diterbangkan. Lomba ini menilai ketahanan layangan saat bertabrakan di udara, layangan yang jatuh lebih dulu dinyatakan kalah.

“Rokkaku bukan sekadar layang-layang, tapi bagian dari seni olahraga udara yang menantang,” jelas Hari Grayak usai melakukan penilaian. 

Sorotan lain jatuh pada lomba kategori 3D, yang digelar di sisi barat arena festival. Para peserta dari berbagai kota seperti Cilacap, Lampung, Kalimantan Selatan, Jepara, Magelang, Purworejo, Kebumen, Temanggung, hingga Tulungagung, menampilkan bentuk-bentuk layangan tiga dimensi dengan kreativitas luar biasa.

Sayangnya, tahun ini komunitas Pelangi DIY, yang biasanya rutin mengikuti kategori 3D, tidak hadir.

Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata DIY, Antariksa Trisna Bawono, mengungkapkan bahwa JIKF selama 10 tahun terakhir telah menjadi “rumah bersama” bagi ribuan pecinta tradisi layang-layang dari berbagai belahan dunia.

“Meskipun banyak festival serupa di negara lain, JIKF tetap menjadi referensi dan media penghubung para pelayang dunia. Ini penting untuk melestarikan keindahan dan tradisi layang-layang Nusantara, khususnya dari DIY,” jelasnya.

Puncak sekaligus penutupan JIKF 2025 dimeriahkan dengan kategori Train Naga, pertunjukan layangan raksasa berbentuk naga yang mengudara memanjang seperti kereta di langit Parangkusumo, menjadi penutup yang megah bagi festival dua hari tersebut.

Pagelaran JIKF 2025 juga dinilai sejalan dengan visi Gubernur DIY dalam mendorong pengembangan wisata di wilayah selatan Yogyakarta, terutama dalam memadukan seni, budaya, dan ekonomi kreatif berbasis masyarakat.(Awiek R).



Type and hit Enter to search

Close