Label


Breaking News

Jejak Awal Islam di Nusantara: Dari Pedagang Hingga Raja

 

Peta jalur dagang laut Samudera Hindia, perahu layar kuno berlayar menuju Nusantara.


Opini: Sejarah Islam 

Penulis: Ade Puziyanto 

Yogyakarta (F86) — Jauh sebelum republik ini lahir, ribuan tahun lalu, gelombang kepercayaan dan budaya silih berganti datang ke Nusantara. Salah satu yang paling berpengaruh hingga kini adalah masuknya agama Islam. Namun, bagaimana Islam bisa menyebar begitu luas dan mengakar di wilayah yang dulunya didominasi oleh kepercayaan Hindu dan Buddha ini? Ceritanya tak lepas dari pelayaran, perdagangan, dakwah damai, dan penerimaan budaya lokal.

Jejak Pertama: Pedagang Arab dan Gujarat

Menurut sebagian besar ahli sejarah, Islam pertama kali masuk ke Nusantara melalui para pedagang. Catatan sejarah dari Tome Pires dalam Suma Oriental menyebut bahwa pada abad ke-13, sudah ada komunitas Muslim di beberapa wilayah pesisir seperti Pesisir Sumatera dan Jawa.

Sumber lain yang kerap dikutip adalah catatan Marco Polo, penjelajah asal Venesia. Ia mencatat dalam perjalanannya ke Tiongkok tahun 1292, bahwa ia sempat singgah di Perlak (Aceh Timur) dan menemukan masyarakat Muslim di sana. Ini mengindikasikan bahwa Islam telah hadir sebelum abad ke-14.

Gujarat, Persia, atau Arab?

Ada perdebatan di kalangan sejarawan mengenai asal muasal penyebar Islam ke Nusantara. Sebagian berpendapat bahwa pedagang Gujarat (India) memainkan peran penting karena mereka memiliki jalur dagang yang kuat dengan Asia Tenggara. Pendapat ini didukung oleh sejarawan seperti Snouck Hurgronje.

Namun, sejarawan lain seperti Prof. Hamka menolak pandangan itu dan menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab dan Mesir, karena para ulama Arab sudah menjalin hubungan dengan Nusantara sejak awal peradaban Islam. Hamka juga menekankan bahwa corak keislaman di Nusantara lebih dekat dengan ajaran-ajaran sufi Timur Tengah dibandingkan Gujarat.

Peran Ulama dan Wali Songo yang berdakwah secara langsung di tengah masyarakat 

Khusus di pulau Jawa, kisah penyebaran Islam tak bisa dilepaskan dari peran Wali Songo. Sembilan tokoh ini bukan hanya menyebarkan Islam secara spiritual, tetapi juga melalui pendekatan budaya lokal seperti wayang, gamelan, dan seni sastra. Sunan Kalijaga misalnya, dikenal lihai mengislamkan masyarakat melalui kesenian.

Metode dakwah mereka tidak frontal, melainkan inklusif dan akomodatif, sehingga tidak menimbulkan konflik dengan budaya lokal yang telah ada sebelumnya. Inilah salah satu sebab Islam cepat diterima masyarakat.

Kerajaan Pertama yang Memeluk Islam

Salah satu tonggak penting penyebaran Islam adalah ketika kerajaan-kerajaan lokal mulai mengadopsi agama ini. Kerajaan Samudra Pasai di Aceh diyakini sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Berdasarkan catatan Ibnu Batutah, seorang pengelana asal Maroko, ia pernah mengunjungi kerajaan ini dan menyebut bahwa raja dan masyarakatnya adalah Muslim.

Kemudian menyusul Kesultanan Malaka, Demak, Cirebon, Banten, dan lainnya yang menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah mereka masing-masing.

Penerimaan Masyarakat yang Damai



Yang menarik, masuknya Islam ke Nusantara tidak melalui penaklukan militer seperti di banyak wilayah lain. Di sini, Islam berkembang secara damai melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan dakwah kultural. Hal ini menciptakan wajah Islam yang ramah, toleran, dan selaras dengan kearifan lokal.

Masuknya Islam ke Nusantara adalah kisah panjang yang penuh hikmah. Ia bukan hasil penjajahan atau pemaksaan, melainkan hasil dari pertemuan budaya, perdagangan, dan keteladanan tokoh-tokoh ulama. Dari para pedagang Arab, Gujarat, hingga Wali Songo, Islam tumbuh menjadi keyakinan mayoritas di Indonesia yang tetap memelihara keberagaman.(Red).



Type and hit Enter to search

Close