Opini : Awiek R, Senin 11 Agustus 2025
Klaten (F86) – Puluhan ribu masyarakat dari Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, dan wisatawan dari berbagai daerah seperti Solo Raya, Boyolali, Salatiga, hingga Yogyakarta, memadati Alun-alun Klampeyan untuk menyaksikan Tradisi Saparan Apem Yaa Qawiyyu pada Jumat (8/8/2025). Acara budaya yang telah berlangsung hampir empat abad ini digelar untuk mengenang ulama besar penyebar agama Islam di Jawa Tengah, Kyai Ageng Gribig.
Tradisi yang menjadi ikon budaya Klaten ini turut dihadiri tokoh nasional dan daerah, di antaranya Anggota DPR RI Rivandra Airlangga Hartarto yang mewakili keluarga Ki Ageng Gribig, Bupati Klaten Hamenang Najir Ismoyo, Wakil Bupati Benny Ardhanta Hardoyo, Kapolres dan Dandim Kabupaten Klaten, Ketua DPD Partai Golkar Klaten, Ketua DPRD Kabupaten Klaten, serta sejumlah pejabat teras lainnya.
Sehari sebelum acara puncak, dua buah gunungan apem sumbangan warga Jatinom telah disiapkan dan disimpan di Kantor Kecamatan Jatinom. Pada hari H, gunungan diarak menuju panggung utama untuk kemudian disebarkan kepada masyarakat.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mendapat kehormatan menjadi orang pertama yang menyebarkan apem dari atas panggung, diikuti para tamu VIP. Prosesi ini sarat makna — pembagian apem dari atas panggung melambangkan ajakan agar masyarakat saling memaafkan.
Tak hanya itu, penyusunan apem dalam gunungan mengikuti pola angka 4-2-4-4-3, yang mencerminkan jumlah rakaat sholat Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar, dan Maghrib.
Saparan Yaa Qawiyyu berasal dari doa yang selalu dibacakan Kyai Ageng Gribig di akhir pengajian:
"Yaa Qawiyyu, Ya Azazin Qawwana Wal Muslimin, Yaa Qawiyyu, Ya Razaqu, Warzukna, Wal Muslimin, Wal Mukmina."
Doa ini dahulu menjadi seruan jihad pasukan Sultan Agung Hanyokrokusumo saat melawan VOC. Nilai spiritual inilah yang menjadikan Saparan Apem tidak hanya sebagai pesta rakyat, tetapi juga peringatan sejarah perjuangan.
Menurut Rivandra Airlangga Hartarto, prosesi ini merupakan kekayaan budaya yang unik sekaligus penggerak ekonomi lokal. Ribuan pedagang memanfaatkan momentum ini untuk berjualan, sementara kunjungan wisatawan mencapai 10 ribu orang lebih.
Tradisi Saparan Apem Yaa Qawiyyu menjadi bukti sinergi antara pelestarian budaya, penguatan spiritual, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tidak heran jika setiap tahun, event ini selalu menjadi magnet bagi wisatawan dari berbagai kota di Jawa Tengah dan sekitarnya. (Awiek R).
Social Footer
Kontributor
Label
Social Media