Label


Breaking News

Saparan Bekakak 2025 di Gamping Sleman: Sejarah, Filosofi, dan Ribuan Penonton

Tradisi upacara adat Saparan Bekakak kembali digelar meriah di Lapangan Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Jumat Pahing (8/8/2025)

Sleman (F86) – Tradisi upacara adat Saparan Bekakak kembali digelar meriah di Lapangan Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Jumat Pahing (8/8/2025). Agenda budaya tahunan ini berhasil menyedot ribuan penonton dari warga Gamping dan sekitarnya, membuat arus lalu lintas di sekitar lokasi sempat padat meski sudah dilakukan rekayasa oleh Dinas Perhubungan.

Sejak siang, Lapangan Ambarketawang menjadi pusat keramaian. Puluhan bregada lengkap dengan kostum tradisional, ogoh-ogoh beragam bentuk, serta berbagai pertunjukan kesenian rakyat memadati area. Panggung utama dipersiapkan untuk prosesi pelepasan bekakak, diikuti kirab budaya keliling wilayah.

Saparan Bekakak sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Gamping. Tradisi ini memiliki sejarah panjang, berkaitan dengan kesetiaan abdi dalem Keraton Yogyakarta, Kyai Wirosuto dan Nyai Wirosuto, pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, SE, menegaskan bahwa Saparan Bekakak bukan sekadar tontonan tahunan, tetapi simbol pelestarian nilai sejarah dan budaya.

“Upacara adat Saparan Bekakak ini selain untuk mengenang kesetiaan Kyai Wirosuto dan Nyai Wirosuto, juga menjadi upaya menumbuhkan rasa handarbeni terhadap budaya bangsa. Sebagai bangsa dengan rekam jejak sejarah panjang dan keragaman budaya lokal, pemerintah, masyarakat, dan seluruh pemangku kepentingan harus bergandeng tangan melestarikan warisan budaya ini secara berkelanjutan,” ujarnya.

Danang juga mengingatkan bahwa pelestarian budaya tidak cukup dilakukan melalui pertunjukan kesenian rutin semata. Diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai filosofi dan nilai luhur tradisi tersebut.

“Hal utama yang harus kita lakukan adalah memberikan apresiasi dan pemahaman tentang filosofi serta nilai luhur budaya yang tumbuh turun-temurun, khususnya kepada generasi muda,” tegasnya.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan prosesi pemecahan kendi berisi air oleh Camat Gamping, sebagai simbol penyucian. Kemudian, Kapolsek Gamping melepas sepasang burung merpati putih sebagai tanda dimulainya kirab bekakak. Barisan kirab dipimpin bregada Mangkubumi sebagai cucuk lampah yang mengawal arak-arakan ogoh-ogoh dan bekakak keliling kampung.

Saparan Bekakak 2025 ini kembali membuktikan bahwa tradisi dan warisan budaya lokal tetap menjadi magnet bagi masyarakat, sekaligus media perekat hubungan sosial di tengah arus modernisasi.(Awiek R).



Type and hit Enter to search

Close